Dari Gunung ke Hati: Pariwisata dan Romantika dalam Romeo dan Rinjani

Pernah nggak sih ngerasa kalau cinta itu kadang rumit banget? Nah, film Romeo dan Rinjani bener-bener nunjukin hal itu dengan cara yang seru tapi juga nyentuh. Ceritanya tentang Romeo, cowok petualang yang suka banget hidup bebas tanpa mikirin komitmen, tapi tiba-tiba harus dihadapkan sama kenyataan kalau pacarnya, Rinjani, hamil. Dari situ mulai deh drama, emosi, dan perjalanan penuh makna yang bikin kita mikir ulang soal arti cinta, tanggung jawab, dan kedewasaan.

BLOG MAHASISWA

Benedhikta Tukan

11/15/20253 min read

SUMBER foto: WEBSITE GOOGLE

Jadi, ada film Indonesia yang menurutku lumayan relate banget sama kehidupan anak muda zaman sekarang judulnya Romeo dan Rinjani. Film ini disutradarai sama Fajar Bustomi dan dibintangi oleh Deva Mahenra (jadi Romeo) dan Kimberly Ryder (sebagai Rinjani). Sekilas, judulnya emang kayak film cinta-cintaan biasa, tapi ternyata isinya lebih dalam dari yang kelihatan.

Cerita dimulai dari Romeo, seorang fotografer yang hobi banget jalan-jalan dan mendaki. Hidupnya bebas, nggak mau diatur, dan paling anti sama yang namanya komitmen. Pokoknya tipikal cowok yang mikir, “Ngapain sih mikirin nikah atau tanggung jawab? Yang penting happy aja dulu.” Sementara itu, pacarnya, Rinjani, justru punya pandangan beda. Dia pengin hubungan mereka serius dan berakhir di pelaminan.

Nah, masalah mulai muncul waktu Rinjani ternyata hamil. Di situ Romeo panik banget. Dia belum siap jadi ayah, bahkan masih bingung sama arah hidupnya sendiri. Dari situ konflik mulai seru Rinjani kecewa, sementara Romeo malah kabur buat naik gunung Rinjani. Ironis banget, ya? Ceweknya namanya Rinjani, dia malah naik gunung Rinjani buat “lari dari masalah.” Tapi justru di pendakian itulah hidup Romeo berubah.

Selama di gunung, Romeo ketemu banyak orang baru yang bikin dia mikir ulang soal hidup dan tanggung jawab. Pemandangan alam yang keren dan suasana perjalanan yang menantang kayak jadi simbol dari perjalanan batinnya sendiri. Dari awalnya cuma pengin kabur, dia malah menemukan makna tentang cinta, tanggung jawab, dan arti dewasa yang sesungguhnya.

Yang paling aku suka dari film ini tuh visualnya keren banget. Pemandangan Gunung Rinjani-nya bener-bener memanjakan mata. Ada beberapa adegan sunrise, kabut di lereng, sampai danau Segara Anak yang bikin pengin langsung packing dan naik gunung juga. Tapi di balik semua itu, film ini tuh punya makna simbolis banget  kayak ngasih tahu kalau hidup juga punya tanjakan dan turunan, capek, tapi di puncaknya selalu ada hal yang bisa disyukuri.

Dari segi cerita, Romeo dan Rinjani juga ngasih pelajaran penting buat kita, apalagi buat mahasiswa yang lagi fase mencari jati diri. Kadang kita terlalu fokus sama kebebasan, padahal hidup itu juga soal tanggung jawab. Romeo belajar hal itu dengan cara yang nggak mudah. Dan jujur, banyak banget anak muda sekarang yang bisa relate sama perasaan takut berkomitmen tapi juga nggak mau kehilangan orang yang disayang.

Mungkin film ini bukan yang paling sempurna  masih ada beberapa bagian yang terasa agak lambat dan klise  tapi pesannya ngena banget. Intinya, cinta itu bukan cuma soal perasaan, tapi juga keberanian buat bertanggung jawab.

Jadi, kalau kamu lagi di fase galau antara ngejar mimpi atau mikirin hubungan, Romeo dan Rinjani bisa banget jadi tontonan yang bikin mikir ulang. Kadang, kita perlu “mendaki” dulu bukan cuma gunung, tapi juga ego dan rasa takut dalam diri sendiri  buat nemuin versi diri yang lebih dewasa.

SUMBER foto: WEBSITE RESMI GUNUNG RINJANI

Kalau ngomongin Gunung Rinjani, rasanya kayak ngomongin surga kecil yang jatuh di Pulau Lombok. Serius, tempat ini tuh indah banget  mulai dari pemandangan gunungnya yang megah, danau Segara Anak yang birunya bikin mata adem, sampai udara sejuk yang langsung bikin lupa sama hiruk-pikuk kota. Banyak orang bilang, mendaki Rinjani itu bukan cuma soal menaklukkan gunung, tapi juga soal menaklukkan diri sendiri. Capek, iya. Tapi pas udah sampai puncak, semua rasa lelah itu hilang seketika diganti sama rasa bahagia dan puas yang nggak bisa dijelasin dengan kata-kata.

Dari sisi pariwisata, Rinjani tuh jadi salah satu magnet terbesar di Lombok. Tiap tahun ribuan wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, datang cuma buat ngerasain sensasi mendaki gunung ini. Tapi yang menarik, wisata ke Rinjani itu bukan cuma buat pendaki hardcore aja. Banyak juga yang datang buat camping santai, healing, atau sekadar menikmati sunrise dari kaki gunung. Tempat ini tuh lengkap banget buat kamu yang pengin liburan tapi juga pengin merenung dan menenangkan diri.

Selain keindahan alamnya, Rinjani juga punya nilai budaya yang kuat. Buat masyarakat sekitar, gunung ini dianggap sakral dan penuh makna spiritual. Jadi, wisata ke Rinjani bukan cuma soal pemandangan, tapi juga pengalaman batin kayak kita diajak buat lebih menghargai alam dan hidup yang sederhana. Makanya, banyak banget wisatawan yang bilang kalau setelah dari Rinjani, mereka ngerasa lebih “ringan” dan bahagia.

Intinya, Gunung Rinjani itu bukan sekadar destinasi wisata biasa. Tempat ini punya kekuatan buat bikin orang tenang, bahagia, bahkan berubah jadi lebih sadar akan diri sendiri. Jadi kalau kamu lagi stres kuliah, pusing sama tugas, atau galau soal cinta kayak si Romeo di film Romeo dan Rinjani, coba deh lihat Rinjani bukan cuma sebagai gunung, tapi sebagai tempat buat menemukan versi dirimu yang baru.

Karena kadang, bahagia itu sesederhana duduk di tepi danau, ngeliat matahari tenggelam, dan bilang dalam hati.